NHW #1
Matrikulasi IIP batch #2

Orang Tua yang Ideal?

Bismillaahirrahmaanirrahiim..


       Rasanya sudah lama sekali nggak menulis di blog. Berkat program matrikulasi IIP batch #2, salah satu hobi saya yang meredup ini pelan - pelan berpijar.

       Jadi ceritanya di perkuliahan online ini saya dibekali bermacam - macam materi. Materi awal yang saya terima berbicara tentang adab menuntut ilmu. Lalu, seluruh peserta diminta untuk menyelesaikan Nice Home Work yang isinya berupa jawaban dari empat pertanyaan. Keempat pertanyaan itu adalah :

1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan.
2. Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?

        Lihat kan? pertanyaan - pertanyaannya luar biasa. Nice. Pe Er yang mengajak saya merenung dan berpikir apa yang akan saya tulis demi menjawab pertanyaan - pertanyaan itu. tugas yang akhirnya membawa angan saya terbang melintasi dimensi waktu jauh ke masa lalu saat saya belum menjadi seorang ibu.

       Kira - kira 10 tahun lalu, saat masih duduk di bangku kuliah, seorang teman mengajak saya mengikuti sebuah seminar berjudul "Mendidik Anak Dengan Cinta". Sama sekali nggak ada bayangan seperti apa seminar itu. Saya justru tertarik untuk hadir karena 2 orang nara sumbernya adalah tokoh yang ngetop di layar TV alias artis (hohohoho norak banget ya). Astri Ivo dan Neno Warisman. Namanya orang dari daerah yang jarang ketemu artis, ini salah satu kesempatan saya melihat dan mendengar lebih dekat. live.

       Disinilah saya mulai mendapatkan pengetahuan yang benar - benar baru sampai harus bilang daebak! (daebak : Bahasa Korea yang artinya sama dengan weowe/wow). Nara sumbernya ada 5 orang. 3 orang di antaranya adalah orang yang mumpuni dalam bidang psikolog dan bekerja di lembaga perwakilan rakyat,  sedang 2 lainnya seperti yang saya sebutkan di atas. Kelimanya kompak membahas tentang betapa berat dan tidak mudahnya menjadi orang tua. Betapa berat tantangan yang akan dihadapi orang tua dalam mendidik anak. Dan betapa banyak kesalahan - kesalahan yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak.

       Sejak itu saya jadi tahu bahwa memang sejak kecil kebanyakan kita tidak disiapkan untuk menjadi orang tua yang ideal. What? Orangtua yang ideal? Bahasannya berat euy....  Sejauh yang saya temukan memang tidak ada sekolah atau pendidikan khusus yang membahas dan mengupas habis bagaimana caranya menjadi orang tua yang baik dan benar. Itulah sebabnya, saya lalu menjadi haus ilmu menjadi orang tua yang ideal. Hingga saat ini.  Saya selalu merasa menjadi orang tua yang  belum maksimal terhadap anak - anak saya. Belum ideal. Kalau saja ada jurusan Ilmu Pendidikan Orang Tua di Universitas Kehidupan ini, saya nggak mau ketinggalan mendaftar dan belajar di sana.

          Kenapa kenapa? Kok mau ambil jurusan itu? Karena sebagai manusia, adalah fitrahnya manusia untuk selalu ingin belajar. Saya selalu tertarik untuk menuntut ilmu, khususnya hal - hal baru yang belum diketahui. Sebagai makhluk Allah Subhanallah Wa Ta'ala saya pula diwajibkan untuk menuntut ilmu hingga ajal menjemput. Sebagai pengikut Rasullullaah saya wajib meneladani beliau berguru kepada Sang Khalik melalui Jibril hingga waktu hidup saya habis. Dan sebagai seorang ibu, saya ingin menjadi orang tua yang mampu mendidik anak - anak saya dengan cinta bersama - sama dengan partner hidup saya.

       Tentu saja ini butuh proses. Jumlah SKS-nya ga sedikit. Dan pasti akan dipelajari sepanjang napas masih berhembus. Ujiannya bermacam - macam. Selalu ada tahapan dalam menuntut ilmu yang membutuhkan kesabaran di dalamnya. Oleh karena itu, saya perlu menetapkan strategi yang harus saya bangun kuat - kuat dalam menuntut ilmu tersebut.

       Untuk menuntut ilmu ini, hal pertama kali yang saya akan lakukan adalah meluruskan niat dan bertawakkal pada Allah. Niatkan bahwa tujuan saya menuntut ilmu ini hanya bermuara kepada Allah saja. Niat pun harus terus saya perbaharui. Terus menerus. Saya yakin hanya niat lurus ini yang akan membuat saya bertahan sampai akhir. Saya akan sandarkan diri saya, sejak awal, bahwa  ketika pembelajaran sudah dimulai saya akan minta Allah membimbing dan menemani jiwa saya dalam pencarian.

       Yang kedua, saya akan mengosongkan "isi gelas" saya ketika ingin mengisinya dengan "air baru". Hal ini memudahkan agar air yang baru masuk ke dalam gelas saya tidak lantas tumpah. Dan untuk melakukan hal ini, saya tahu usaha yang saya kerahkan juga harus ekstra. Karena yang saya perangi adalah ego diri sendiri.

      Yang ketiga, saya harus melenturkan dan membesarkan hati. Positive Thinking menerima masukan yang datang.

       Yang keempat, belajar dari siapa dan mana saja. Saya yakin, tidak ada yang Allah ciptakan dengan sia - sia. Saya ingat suatu kali suami saya, pernah mengingatkan untuk melihat suatu kebenaran dan ilmu tidak melihat siapa yang menyampaikan. Karena ilmu dan kebenaran itu hakikatnya dari Sang Pemberi. Dia mampu berdiri sendiri. Tak terikat dengan siapa yang menyampaikan. Ilmu bisa datang dari para ulama, pemimpin, pasangan, orang tua, teman, kejadian alam, tumbuhan, hewan - hewan, siapapun. Tak terkecuali dari anak - anak kita.

           Yang kelima, strategi yang saya lakukan adalah melebarkan sayap dan memanjangkan antena dengan cara aktif mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan ilmu tersebut. Bergabung di komunitas sesama pencari ilmu, mengikuti seminar, membaca ulasan - ulasan tentang keluarga, menghadiri kelas - kelas atau seminar baik offline maupun online, mengerjakan tugas - tugas yang diberikan, berdiskusi dan bertanya pengalaman orang lain, mempraktekkan ilmu tersebut sambil belajar.

           Strategi terakhir, saya akan terus menerus mengevaluasi diri. Hal ini berkaitan dengan seberapa jauh saya memahami ilmu tersebut dan seberapa dalam saya mampu mengaplikasikan tiap ilmu yang baru saja saya dapatkan.

            Tentu saja, selama proses menuntut ilmu ini pasti akan saya temukan kerikil - kerikil yang mewarnai perjalanan pencarian saya. Saya tahu, sebagai manusia yang lemah saya justru harus menguatkan jiwa saya seiring perjalanan. Saya harus menegakkan adab. Karena mempelajari dan memahami adab adalah kunci bagi saya untuk masuk ke ruang - ruang ilmu itu. Saya akan berusaha memperbaiki sikap - sikap yang mungkin muncul sepanjang perjalanan. Saya harus memperbaiki sikap merasa sudah tahu dan sudah paham, memperbaiki sikap malas, keras kepala, dan sikap mudah menyerah.

               Semoga, tiap - tiap usaha saya dalam menuntut ilmu ini mampu mencuri perhatian Allah. Semoga Allah menunjukkan jalanNya, memudahkan, dan meridhaiNya.





Comments

  1. Betul2 bund shindie...Ilmu Pendidikan Orang Tua di Universitas Kehidupan...sksnya ga habis habis ya bund shindie 🙈

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts